Jember (beritajatim.com)
- Jumlah pemanjat dinding cilik atau usia di bawah 13 tahun masih
minim, jika dibandingkan daerah lain. Dihadang problem biaya fasilitas.
Minimnya jumlah pemanjat cilik ini bisa
dilihat dari partisipan BBJ National Climbing Competition, di alun-alun
Kabupaten Jember, 28-30 Juni 2012. Tidak ada satupun dari peserta
kelompok umur U-13 putra yang berasal dari Jember. Mereka rata-rata
berasal dari Surabaya
, Lamongan, Sidoarjo. Kompetisi ini digelar dalam rangka Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ).
, Lamongan, Sidoarjo. Kompetisi ini digelar dalam rangka Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ).
Sementara untuk kategori kelompok usia
U-13 putri, ada tiga atlit cilik Jember yang berlaga. Mereka bersaing
dengan peserta dari Surabaya dan Blitar. Ketua Federasi Panjat Tebing
Indonesia Kabupaten Jember, Anang Sugiarto, mengakui minimnya sumber
daya atlit cilik itu.
"Secara umum problemnya, cabang olahraga
ini butuh biaya mahal. Namun FPTI memberikan dukungan beberapa
perlengkapan umum," kata Anang.
FPTI dibantu oleh sejumlah klub dan
organisasi pecinta alam yang memiliki fasilitas dinding panjat. Dinding
panjat tersebut bisa digunakan untuk berlatih. "Sementara perlengkapan
tali kami fasilitasi," kata alumnus SMA Negeri 1 Surabaya ini.
Namun Anang bisa agak bernapas lega.
Dari jaringan perkawanan, beberapa orang mulai berminat menitipkan
putra-putri mereka untuk dibina. FPTI sendiri saat ini berkosentrasi
melakukan pembinan untuk atlit kelompok usia U-19. Dalam peta cabang
olahraga panjat dinding, Jember bersaing dengan Surabaya, Lamongan,
Blitar, dan Probolinggo.
Sementara itu, Sekretaris Kabupaten
Jember Sugiarto yang membuka kompetisi, berharap, acara itu bisa menjadi
ajang silaturahmi mahasiswa dan pelajar luar Jember. "saya berharap
kompetisi ini nanti bisa melahirkan atlet-atlet panjat dinding yanh
handal dan profesional, di tingkat nasional bahkan internasional,"
katanya. [wir]
Posting Komentar